Mengenang Kejayaan PWI dan Dinamika di HPN 2025: Antara Realitas dan Harapan

Oleh: H Dheni Kurnia: Plt. Ketua PWI Riau, Ketua JMSI Riau

ANAMBAS, JABATNEWS.COM —Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) sejak lama dikenal sebagai organisasi pers tertua dan terbesar di Indonesia, dengan sejarah panjang dalam memperjuangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan profesionalisme jurnalis.

Selama lebih dari satu dekade, saya terlibat aktif dalam organisasi ini, mulai dari menjadi Ketua PWI Riau selama dua periode hingga menjabat Ketua Dewan Kehormatan Provinsi (DKP) PWI Riau.

Dalam kurun waktu tersebut, saya menyaksikan bagaimana PWI tumbuh menjadi organisasi yang kuat dan dihormati.

Namun, tahun 2024 menjadi titik balik yang menyakitkan. PWI terpecah menjadi dua kubu, masing-masing dikomandoi oleh Hendry Chairuddin Bangun (HCB) dan Zulmansyah Sekedang (ZS).

Perpecahan ini tidak hanya membingungkan anggota PWI di berbagai daerah, tetapi juga memunculkan konflik loyalitas, termasuk bagi saya pribadi.

HCB adalah senior yang banyak berjasa dalam perjalanan karier saya, sementara ZS adalah teman sekampung dan rekan seperjuangan di berbagai organisasi.

Kebingungan ini akhirnya terjawab melalui pertimbangan rasional, bukan semata-mata emosional.

Fakta bahwa HCB dipilih dalam Kongres di Bandung, terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM, serta didukung oleh mayoritas PWI provinsi, memberikan alasan kuat untuk memilih mendukungnya.

Walaupun keputusan ini berujung pada pembekuan PWI Riau dan pemberian mandat kepada saya sebagai Plt. Ketua PWI Riau, saya yakin ini adalah langkah yang tepat untuk menjaga marwah organisasi.

Momentum Hari Pers Nasional (HPN) 2025 di Banjarmasin menjadi bukti nyata bahwa PWI di bawah kepemimpinan HCB masih kuat dan mampu menyelenggarakan perhelatan besar.

Hampir 2.000 wartawan dari 30 provinsi hadir memeriahkan acara ini.

Kegembiraan saya bertambah ketika enam wartawan senior dari Riau mendapatkan Press Card Number One (PCNO), sebuah apresiasi yang layak atas dedikasi panjang mereka di dunia jurnalistik.

Namun, di tengah gegap gempita HPN Banjarmasin, kabar mengejutkan datang dari kampung halaman.

Saya dan 20 pengurus Plt. PWI Riau dipecat dari keanggotaan PWI oleh kubu ZS.

Surat pemecatan tersebut, meskipun terasa pahit, justru menjadi lelucon bagi sebagian teman-teman saya.

Keabsahan ZS sebagai ketua PWI Pusat, setelah ditelaah lebih dalam, hanyalah klaim sepihak yang tidak memiliki landasan hukum yang kuat.

Bagi saya, PWI bukan sekadar organisasi profesi, tetapi rumah besar bagi wartawan Indonesia.

Melihatnya terbelah tentu menjadi kesedihan tersendiri. Namun, dalam setiap krisis selalu ada peluang.

Saya berharap, baik HCB maupun ZS, bisa menahan ego dan mencari jalan tengah demi persatuan dan kekuatan PWI di masa depan.

Sejarah panjang PWI sebagai salah satu pilar demokrasi di Indonesia harus dijaga, dan para wartawan yang tergabung di dalamnya harus tetap teguh pada nilai-nilai independensi, profesionalisme, dan integritas.

Semoga badai ini segera berlalu, dan PWI kembali menjadi rumah yang nyaman dan bermartabat bagi seluruh jurnalis di Tanah Air. Aamiin. (JN)

0Shares

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *