Hendry Ch Bangun: Pers Sakit, Demokrasi Terancam

JAKARTA, JABATNEWS.COM — Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, Hendry Ch Bangun, memperingatkan bahwa kebebasan pers di Indonesia tengah menghadapi ancaman yang semakin serius. Peringatan tersebut disampaikannya dalam rangka memperingati Hari Kebebasan Pers Sedunia yang jatuh pada 3 Mei.
Hendry menyoroti melemahnya fungsi pers sebagai pilar keempat demokrasi, yang menurutnya disebabkan oleh krisis internal di tubuh industri media dan kurangnya dukungan dari negara.
“Kita seperti lupa bahwa Reformasi 1998 telah melahirkan Undang-Undang Pers yang tegas menempatkan pers sebagai pilar keempat demokrasi. Fungsi kontrol pers harus didukung semua pihak,” ujar Hendry dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (03/05/2025).
Ia menjelaskan bahwa sekitar 90 persen perusahaan media di Indonesia mengalami kesulitan ekonomi.
Kondisi ini berdampak langsung pada kesejahteraan wartawan dan mengancam independensi mereka dalam menjalankan tugas jurnalistik.
“Kalau pers sakit, fungsi kontrolnya goyah. Ini bisa dimanfaatkan oleh kekuatan politik tertentu dan merusak sendi demokrasi,” tegasnya.
Hendry menyerukan agar negara tidak tinggal diam dalam menghadapi krisis ini. Ia mendorong pemerintah untuk hadir secara aktif dalam memulihkan ekosistem media, tidak hanya lewat regulasi, tetapi juga melalui kebijakan nyata yang menjamin keberlanjutan perusahaan pers serta peningkatan kualitas sumber daya manusia.
“Pers yang sehat akan menjaga demokrasi tetap sehat. Negara harus ambil peran, karena berharap pada masyarakat sipil atau publik semata tidak cukup. Banyak yang sinis pada pers akibat ulah segelintir media yang tidak profesional,” tuturnya.
Selain itu, Hendry juga menyoroti tren kekerasan terhadap wartawan yang kembali meningkat. Ia menilai penangkapan wartawan dengan tuduhan obstruction of justice, kekerasan saat peliputan aksi May Day, hingga upaya membungkam kritik terhadap RUU TNI sebagai tanda kemunduran serius kebebasan pers di Indonesia.
“Negara harus menjamin tidak ada lagi kriminalisasi atau pengkerdilan terhadap wartawan. Bila ini dibiarkan, demokrasi kita akan tumbang pelan-pelan,” ujarnya.
Menutup pernyataannya, Hendry mengajak seluruh elemen bangsa menjadikan Hari Kebebasan Pers Sedunia sebagai momentum untuk kembali pada semangat awal reformasi.
“Kita harus kembali pada semangat awal: bekerja untuk rakyat Indonesia, menjaga kepentingan bangsa di atas segalanya. Hanya pers yang nasionalis yang akan relevan bagi masa depan negeri ini,” pungkasnya. (JN/Abdi)